Monday, February 3, 2014

Tokoh-Tokoh kaligrafi Islam

Kaligrafi Lukis "kemuliaan dan ketakwaan" acrylic on canvas 50x60cm 2013.
Tokoh-Tokoh kaligrafi Islam
Sejumlah nama terus dikagumi dan ikut mendunia bersama kaligrafi yang mereka lahirkan. Diantara seniman-seniman aksara itu adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bawwab, Yaqut Al musta’simi, Hamdullah (Ibn Syaikh), Hafidh Ustman, Musthafa Al- Raqim, Hamid Al-Amidi, dan Hasyim Muhammad Al-Bagdadi.
  1. Ibnu Muqlah
Kaligrafier yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah Abbasiyah. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.” Sumbangan Ibnu Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi.
  1. Ibnu Bawwab
Merupakan putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu Muqlah.
  1. Yaqut Al-Musta’simi
Kaligrafer yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena. Yaqut dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.
  1. Ibnu Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
Merupakan salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan penulisan khath selanjutnya.
  1.  Hafiz Ustman (Ustman ibnu Ali)
Berjuluk Al-Hafiz karena telah menghafal Alquran sejak masih muda. Kepandaian kaligrafer yang menekuni gaya Khath Tsuluts dan Naskhi ini tampak dalam karyanya yang berjudul Hiliyah (sebuah deskripsi tentang Nabi Muhammad). Selain itu, ia berhasil menulis 25 mushaf Alquran yang inskripsinya tersebar di seluruh Istanbul, Turki.
  1. Musthafa Al-Raqim
Ia mempelajari Khath Naskhi dan Tsuluts dari kakeknya dan menjadi penulis Kesultanan Utsmani pada masa pemerintahan Salim III. Kemudian ia diangkat sebagai Kepala Departemen Seni Lukis Kesultanan. Kepandaiannya membuat seorang kaligrafer menulis tentangnya, “Ketika orang Barat bangga dengan Raphael dan Michaelangelo sebagai pelukis, kita seharusnya bangga dengan Al-Raqim sebagai kaligrafer yang jenius.”
  1. Hamid Al-Amidi
Kaligrafer yang menetap di Istambul sejak usia 15 tahun dan belajar tentang hukum-hukum kaligrafi dan cabang seni lainnya. Dialah penulis kaligrafi pada dinding-dinding beberapa gedung terkenal dan penting di Istambul. Selain menjadi inspirator bagi kaligrafer setelahnya, Hamid Al-Amidi juga pernah memberi ijazah kepada beberapa khattath ternama. Diantaranya adalah dua ijazah kepada Hasyim Muhammad Al-Baghdadi (pada 1950 dan 1952).
  1. Hasyim Muhammad Al-Bagdadi
Dilahirkan di Baghdad pada 1917, Hasyim telah mempelajari kaligrafi sejak usia remaja. Usai memperoleh gelar Diploma dari Mulla ‘Ali Al-Fadli pada tahun 1943, ia meneruskan studinya di Royal Institute of Calligraphy Kairo dan lulus pada 1944. Di tahun yang sama, ia memperoleh ijazah dari dua kaligrafer terkenal, Sayyid Ibrahim, Muhammad Husni dan Hamid Al-Amidi. Hasyim yang pernah menerbitkan sebuah buku koleksi khath miliknya berjudul “Qawaidh Khatthil Araby“” (Kaidah Penulisan Khath Arab)”. Hingga kini buku tersebut merupakan kitab panduan kaligrafi Arab yang paling fenomenal dan dijadikan referensi bagi pelajar kaligrafi Arab di dunia Islam.
Selain nama-nama besar di atas, sebenarnya masih banyak nama lain yang mungkin kurang mashur popularitasnya di dunia. Di Indonesia  Kebiasaan menulis al-Qur’an telah banyak dirintis oleh banyak ulama besar di pesantren-pesantren semenjak akhir abad XVI, meskipun tidak semua ulama atau santri yang piawai menulis kalgrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad XIX atau awal abad XX, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar tahun 1961 karangan Muhammad Abdur Razaq Muhili berjudul ‘Tulisan Indah’ serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul ‘Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab’ tahun 1971.

Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-kiTab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim Bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi’I Karim. Angkatan yang menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi’ Abdur Razaq, H. Yahya dan Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin dari Kuningan, M. Nur Aufa Shiddiq dari Kudus, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi dan mengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi. Semoga perjuangan dan karya-karya mereka dicatat oleh Allah sebagai amal ibadah dan menjadi amal abadi, yakni ilmu yuntafa’u bihi (ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak), amin.

No comments:

Post a Comment