Kaligrafi Dekorasi Surat "Al-Ikhlas" Tsulutsi style, acrylic on wood 60x80cm 2011 |
Sejarah
kaligrafi
Kaligrafi
dalam agama Islam disebut Khat yang
dalam bahasa Indonesia berarti “garis”, kita ketahui garis tengah yang membelah
bumi disebut khatulistiwa berasal dari bahasa arab yaitu “khat-tul istiwa’” (khat = garis, istiwa’
dari kata wustha = tengah). Jadi pada
hakikatnya seni kaligrafi adalah seni yang terdiri dari garis-garis lurus dan
melengkung yang dipadukan membentuk huruf-huruf tertentu.
Kaligrafi merupakan
salah satu sarana komunikasi antar manusia dan cara penyampaian sejarah selain
melalui lisan, sehingga setiap peradaban di dunia mengenal kaligrafi. Di Cina
misalnya sudah berabad-abad sebelum lahir kaligrafi arab, budaya tulis sudah
banyak di kenal untuk menulis naskah-naskah filsafat dan tata Negara, maka saat
ini kita juga mengenalnya dengan sebutan Kalirgafi Cina. Begitu pula dengan
kaligrafi-kaligrafi lainnya seperti di India, Yunani, Mesir dan seterusnya.
Kaligrafi di Arab
masuk ke Hijaz dari kawasan Hirah di Irak. Kaligrafi yang digunakan di wilayah
tersebut bernama Hiri. Masuknya ke Hejaz pada saat hidup Rasulullah saw.
sebelum kerasulannya, karena itu dinamakan khat Hejazi. Sesampainya di Mekah nama ini menjadi khat Makki, ketika
berpindah ke Madinah, namanya berubah menjadi khat madani. Saat berada di Kufah, di masa khalifah Utsman r.a, namanya khat Kufi.
Sampai tahap-tahap ini, tulisan pada dasarnya masih satu bentuk, namun diberi
nama-nama sesuai negeri-negeri di mana khat
itu digunakan.
Bentuk-Bentuk
Kaligrafi
Secara garis
besar, ada dua bentuk tulisan yang digunakan untuk menyalin wahyu: pertama,
muqawwar (lengkung atau plastis) dan kedua, yabis (kaku atau kubis). Yang
pertama biasa dituliskan di mihrab-mihrab masjid dan lainnya karena kekakuan
dan ukurannya yang besar, pada masa awal perkembangannya bentuk tulisan ini
dipakai untuk menulis diatas Tulang, batu, maupun kayu. Sedangkan yang kedua, dituliskan
di atas daun, kulit dan semacamnya karena kelembutan dan dapat digoreskan
dengan cepat.
Adapun lebih
secara umum berbagai gaya kaligrafi banyak digunakan di Indonesia adalah:
- Khat
Kufi
Khat
Kufi adalah gaya kaligrafi tertua dan memiliki karakter kaku/kubisme. Di
namakan Kufi berkaitan dengan kota Kufah dimana gaya kaligrafi ini banyak dikenal
dan digunakan. Bentuk kaligrafi ini banyak dijumpai di masjid-masjid, plang
nama lembaga dan sebagainya. Gaya kaligrafi Kufi termasuk cukup mudah untuk
dipelajari dengan menyamakan hampir seluruh bagian huruf dengan ketebalan yang
sama.
- Khat
Naskhi
Karakter
huruf yang indah dan bentuk-bentuk rangkaian yang jelas dan mudah dibaca karena
syakl yang lengkap, membuat gaya
Naskhi sering digunakan dalam dalam
penulisan naskah, buku, kitab dan mushaf. gaya naskhi dapat kita jumpai di
mushaf Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya yang sering kita baca.
- Khat
Riq’i
Karakter
huruf yang cepat dan dan kaidah-kaidah yang sederhana banyak digunakan untuk
mencatat, dan berbagai kebutuhan bisnis, sekolah, dan rumah tangga. Dinamakan
Riq’i karena pada masa awal banyak digunakan untuk menulis pada daun-daun
(riqa’) kecil. Khat Riq’i termasuk gaya yang paling banyak digunakan di dunia
Islam karena bentuknya yang simple.
- Khat
Farisi
Gaya
khat ini disebut juga khat mutaraqis
(menari-nari) karena membutuhkan tarian tangan dalam pengolahan hurut-huruf. Berkarakter
rasyaqah (cantik semampai) dengan
bagian-bagian yang tebal sekali dan tipis sekali. Dinamakan Farisi yaitu di nisbatkan pada tempat
kelahirannya yaitu Persia atau sekarang dikenal dengan Iran. Banyak digunakan
di daerah Iran, Afganistan, Pakistan dan India.
- Khat
Tsulutsi
Gaya
khat dengan karakter fakhamah
(anggun) disebut khat Tsulutsi (sepertiga), dinamakan tsulus di nisbatkan pada
bentuk pena yang digunakan untuk menggoreskan huruf-huruf dengan irama goresan
yang lembut pada beberapa bagian. Susunan yang anggun dapat membentuk bulatan,
melingkar maupun persegi menjadikan Khat Tsulus banyak digunakan untuk dekorasi
ruangan seperti masjid, kantor, sekolah dan sebagainya.
- Khat
Diwani
Khat Diwani merupakan salah satu jenis khat yang dicipta
oleh penulis khat pada zaman pemerintahan Kerajaan ‘Uthmaniyah
(Turki Usmani). Ibrahim
Munif adalah orang yang mencipta kaedah dan menentukan ukuran tulisan khat
Diwani. Khat Diwani dikenali secara resmi selepas negeri Qostantinopel ditawan oleh Sultan
‘Uthmaniyah, Muhammad al-Fatih pada tahun 857 Hijrah. Diwani digunakan oleh
anggota dewan atau pejabat-pejabat pada masa itu. Khat diwani sendiri banyak
digunakan untuk urusan perkantoran (diwan), periklanan, dan hiasan-hiasan.
- Khat
Diwani Jali
Khat
Diwani Jali adalah pengembangan dari
khat diwani. Kata ''jali'' sendiri artinya jelas,
karena Detail syakal/harakatnya sangat jelas. Ciri khas dari Khat diwani jali
adalah terdapat harakat yang melimpah di setiap bagian kaligrafi, harakat ini
ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai
tanda baca. Selain itu banyak juga tanda titik-titik dan tutul-tutul serta
totol-totol yang sangat lembut pada ruang kosong di antara huruf-hurufnya
sehingga terlihat padat. Pada awalnya khat diwani jali digunakan untuk menulis
naskah, sertifikat dan korespondensi antar negara oleh para sultan Turki
Ustmani.
No comments:
Post a Comment