Monday, February 3, 2014

Sejarah kaligrafi Islam

Kaligrafi Dekorasi Surat "Al-Ikhlas"  Tsulutsi style, acrylic on wood 60x80cm 2011
Sejarah kaligrafi
Kaligrafi dalam agama Islam disebut Khat yang dalam bahasa Indonesia berarti “garis”, kita ketahui garis tengah yang membelah bumi disebut khatulistiwa berasal dari bahasa arab yaitu “khat-tul istiwa’” (khat = garis, istiwa’ dari kata wustha = tengah). Jadi pada hakikatnya seni kaligrafi adalah seni yang terdiri dari garis-garis lurus dan melengkung yang dipadukan membentuk huruf-huruf tertentu.
Kaligrafi merupakan salah satu sarana komunikasi antar manusia dan cara penyampaian sejarah selain melalui lisan, sehingga setiap peradaban di dunia mengenal kaligrafi. Di Cina misalnya sudah berabad-abad sebelum lahir kaligrafi arab, budaya tulis sudah banyak di kenal untuk menulis naskah-naskah filsafat dan tata Negara, maka saat ini kita juga mengenalnya dengan sebutan Kalirgafi Cina. Begitu pula dengan kaligrafi-kaligrafi lainnya seperti di India, Yunani, Mesir dan seterusnya.
Kaligrafi di Arab masuk ke Hijaz dari kawasan Hirah di Irak. Kaligrafi yang digunakan di wilayah tersebut bernama Hiri. Masuknya ke Hejaz pada saat hidup Rasulullah saw. sebelum kerasulannya, karena itu dinamakan khat Hejazi. Sesampainya di Mekah nama ini menjadi khat Makki, ketika berpindah ke Madinah, namanya berubah menjadi khat madani. Saat berada di Kufah, di masa khalifah Utsman r.a, namanya khat Kufi. Sampai tahap-tahap ini, tulisan pada dasarnya masih satu bentuk, namun diberi nama-nama sesuai negeri-negeri di mana khat itu digunakan.

Bentuk-Bentuk Kaligrafi
Secara garis besar, ada dua bentuk tulisan yang digunakan untuk menyalin wahyu: pertama, muqawwar (lengkung atau plastis) dan kedua, yabis (kaku atau kubis). Yang pertama biasa dituliskan di mihrab-mihrab masjid dan lainnya karena kekakuan dan ukurannya yang besar, pada masa awal perkembangannya bentuk tulisan ini dipakai untuk menulis diatas Tulang, batu, maupun kayu. Sedangkan yang kedua, dituliskan di atas daun, kulit dan semacamnya karena kelembutan dan dapat digoreskan dengan cepat.
Adapun lebih secara umum berbagai gaya kaligrafi banyak digunakan di Indonesia adalah:
  1. Khat Kufi
Khat Kufi adalah gaya kaligrafi tertua dan memiliki karakter kaku/kubisme. Di namakan Kufi berkaitan dengan kota Kufah dimana gaya kaligrafi ini banyak dikenal dan digunakan. Bentuk kaligrafi ini banyak dijumpai di masjid-masjid, plang nama lembaga dan sebagainya. Gaya kaligrafi Kufi termasuk cukup mudah untuk dipelajari dengan menyamakan hampir seluruh bagian huruf dengan ketebalan yang sama.
  1. Khat Naskhi
Karakter huruf yang indah dan bentuk-bentuk rangkaian yang jelas dan mudah dibaca karena syakl yang lengkap, membuat gaya Naskhi sering digunakan dalam  dalam penulisan naskah, buku, kitab dan mushaf. gaya naskhi dapat kita jumpai di mushaf Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya yang sering kita baca.
  1. Khat Riq’i
Karakter huruf yang cepat dan dan kaidah-kaidah yang sederhana banyak digunakan untuk mencatat, dan berbagai kebutuhan bisnis, sekolah, dan rumah tangga. Dinamakan Riq’i karena pada masa awal banyak digunakan untuk menulis pada daun-daun (riqa’) kecil. Khat Riq’i termasuk gaya yang paling banyak digunakan di dunia Islam karena bentuknya yang simple.
  1. Khat Farisi
Gaya khat ini disebut juga khat mutaraqis (menari-nari) karena membutuhkan tarian tangan dalam pengolahan hurut-huruf. Berkarakter rasyaqah (cantik semampai) dengan bagian-bagian yang tebal sekali dan tipis sekali. Dinamakan Farisi yaitu di nisbatkan pada tempat kelahirannya yaitu Persia atau sekarang dikenal dengan Iran. Banyak digunakan di daerah Iran, Afganistan, Pakistan dan India.
  1. Khat Tsulutsi
Gaya khat dengan karakter fakhamah (anggun) disebut khat Tsulutsi (sepertiga), dinamakan tsulus di nisbatkan pada bentuk pena yang digunakan untuk menggoreskan huruf-huruf dengan irama goresan yang lembut pada beberapa bagian. Susunan yang anggun dapat membentuk bulatan, melingkar maupun persegi menjadikan Khat Tsulus banyak digunakan untuk dekorasi ruangan seperti masjid, kantor, sekolah dan sebagainya.
  1. Khat Diwani
Khat Diwani merupakan salah satu jenis khat yang dicipta oleh penulis khat pada zaman pemerintahan Kerajaan ‘Uthmaniyah (Turki Usmani). Ibrahim Munif adalah orang yang mencipta kaedah dan menentukan ukuran tulisan khat Diwani. Khat Diwani dikenali secara resmi selepas negeri Qostantinopel ditawan oleh Sultan ‘Uthmaniyah, Muhammad al-Fatih pada tahun 857 Hijrah. Diwani digunakan oleh anggota dewan atau pejabat-pejabat pada masa itu. Khat diwani sendiri banyak digunakan untuk urusan perkantoran (diwan), periklanan, dan hiasan-hiasan.
  1. Khat Diwani Jali

Khat Diwani Jali adalah pengembangan dari khat diwani. Kata ''jali'' sendiri artinya jelas, karena Detail syakal/harakatnya sangat jelas. Ciri khas dari Khat diwani jali adalah terdapat harakat yang melimpah di setiap bagian kaligrafi, harakat ini ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Selain itu banyak juga tanda titik-titik dan tutul-tutul serta totol-totol yang sangat lembut pada ruang kosong di antara huruf-hurufnya sehingga terlihat padat. Pada awalnya khat diwani jali digunakan untuk menulis naskah, sertifikat dan korespondensi antar negara oleh para sultan Turki Ustmani.

No comments:

Post a Comment