Kaligrafi Lukis "kemuliaan dan ketakwaan" acrylic on canvas 50x60cm 2013. |
Tokoh-Tokoh
kaligrafi Islam
Sejumlah nama
terus dikagumi dan ikut mendunia bersama kaligrafi yang mereka lahirkan.
Diantara seniman-seniman aksara itu adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bawwab, Yaqut Al
musta’simi, Hamdullah (Ibn Syaikh), Hafidh Ustman, Musthafa Al- Raqim, Hamid Al-Amidi,
dan Hasyim Muhammad Al-Bagdadi.
- Ibnu
Muqlah
Kaligrafier
yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah
Abbasiyah. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal
sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.” Sumbangan Ibnu
Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal
pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi.
- Ibnu
Bawwab
Merupakan
putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan
menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan
disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath
Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu
Muqlah.
- Yaqut
Al-Musta’simi
Kaligrafer
yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta
memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena. Yaqut
dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun
ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri
spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya
Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.
- Ibnu
Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
Merupakan
salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi
kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan
Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi
padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan
penulisan khath selanjutnya.
- Hafiz
Ustman (Ustman ibnu Ali)
Berjuluk
Al-Hafiz karena telah menghafal Alquran sejak masih muda. Kepandaian kaligrafer
yang menekuni gaya Khath Tsuluts dan Naskhi ini tampak dalam karyanya yang
berjudul Hiliyah (sebuah deskripsi tentang Nabi Muhammad). Selain itu, ia
berhasil menulis 25 mushaf Alquran yang inskripsinya tersebar di seluruh
Istanbul, Turki.
- Musthafa
Al-Raqim
Ia
mempelajari Khath Naskhi dan Tsuluts dari kakeknya dan menjadi penulis
Kesultanan Utsmani pada masa pemerintahan Salim III. Kemudian ia diangkat
sebagai Kepala Departemen Seni Lukis Kesultanan. Kepandaiannya membuat seorang
kaligrafer menulis tentangnya, “Ketika orang Barat bangga dengan Raphael dan
Michaelangelo sebagai pelukis, kita seharusnya bangga dengan Al-Raqim sebagai
kaligrafer yang jenius.”
- Hamid
Al-Amidi
Kaligrafer
yang menetap di Istambul sejak usia 15 tahun dan belajar tentang hukum-hukum
kaligrafi dan cabang seni lainnya. Dialah penulis
kaligrafi pada dinding-dinding beberapa gedung terkenal dan
penting di Istambul. Selain menjadi inspirator bagi kaligrafer setelahnya,
Hamid Al-Amidi juga pernah memberi ijazah kepada beberapa khattath ternama.
Diantaranya adalah dua ijazah kepada Hasyim Muhammad Al-Baghdadi (pada 1950 dan
1952).
- Hasyim
Muhammad Al-Bagdadi
Dilahirkan
di Baghdad pada 1917, Hasyim telah mempelajari kaligrafi sejak usia remaja.
Usai memperoleh gelar Diploma dari Mulla ‘Ali Al-Fadli pada tahun 1943, ia
meneruskan studinya di Royal Institute of Calligraphy Kairo dan lulus pada
1944. Di tahun yang sama, ia memperoleh ijazah dari dua kaligrafer terkenal, Sayyid
Ibrahim, Muhammad Husni dan Hamid Al-Amidi. Hasyim yang pernah menerbitkan
sebuah buku koleksi khath miliknya berjudul “Qawaidh Khatthil Araby“”
(Kaidah Penulisan Khath Arab)”. Hingga kini buku tersebut merupakan kitab
panduan kaligrafi Arab yang paling fenomenal dan dijadikan referensi bagi
pelajar kaligrafi Arab di dunia Islam.
Selain
nama-nama besar di atas, sebenarnya masih banyak nama lain yang mungkin kurang
mashur popularitasnya di dunia. Di Indonesia Kebiasaan menulis al-Qur’an
telah banyak dirintis oleh banyak ulama besar di pesantren-pesantren semenjak
akhir abad XVI, meskipun tidak semua ulama atau santri yang piawai menulis
kalgrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang
ditokohkan di penghujung abad XIX atau awal abad XX, karena tidak ada guru
kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah
penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar
sekitar tahun 1961 karangan Muhammad Abdur Razaq Muhili berjudul ‘Tulisan
Indah’ serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul ‘Khat, Seni Kaligrafi:
Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab’ tahun 1971.
Pelopor
angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-kiTab atau
buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air. Para
tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim
Bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi’I Karim. Angkatan yang menyusul
kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain
Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih
Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi’ Abdur Razaq, H.
Yahya dan Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin dari Kuningan, M. Nur Aufa
Shiddiq dari Kudus, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul
dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi dan
mengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi. Semoga perjuangan dan karya-karya
mereka dicatat oleh Allah sebagai amal ibadah dan menjadi amal abadi, yakni
ilmu yuntafa’u bihi (ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak), amin.